Pemerintah Didorong Lanjutkan Proyek PLTU Rancong Aceh

Pemerintah Didorong Lanjutkan Proyek PLTU Rancong Aceh
Pemerintah Didorong Lanjutkan Proyek PLTU Rancong Aceh

JAKARTA - Aceh kembali menghadapi tantangan listrik, dengan sejumlah wilayah sempat mengalami pemadaman beberapa hari terakhir.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) Jose Rizal menekankan pentingnya melanjutkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Rancong di kawasan Arun, Kabupaten Aceh Utara, yang diyakini dapat menjadi solusi bagi krisis listrik di provinsi tersebut.

Jose menjelaskan bahwa lokasi pembangunan PLTU sudah resmi ditetapkan sebagai Kawasan Industri Pasai (KIP) Aceh Utara LNG Arun. Melalui perusahaannya, PT Jorindo Agung, yang kemudian membentuk PT Jorindo Aceh Power bekerja sama dengan Perusda Bina Usaha, semua perizinan lokasi sebenarnya sudah lengkap.

Baca Juga

OPEC+ Umumkan Kenaikan Produksi Minyak November 2025

“Kami juga sudah mengantongi izin hibah lokasi tanah dari pemerintah pusat, ESDM. Pertamina dan Kementerian Keuangan sudah mendapat persetujuan hibah tanah lokasi tersebut kepada Kabupaten Aceh Utara,” kata Jose.

Sejarah proyek PLTU Rancong sendiri cukup panjang. Pada 14 Agustus 2007, Power Purchase Agreement (PPA) ditandatangani bersamaan dengan tiga PLTU lain sebagai bagian dari proyek nasional Independent Power Producer (IPP), yang melibatkan Menteri ESDM, Direktur Utama PLN, serta perwakilan pemerintah daerah. Sayangnya, proyek tersebut tidak pernah terealisasi.

Menurut Jose, kegagalan proyek disebabkan oleh berlarut-larutnya pemecahan sertifikat tanah hibah oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Aceh Utara. Peralihan status wilayah akibat kehadiran Kota Lhokseumawe membuat lokasi PLTU yang sebelumnya berada di perbatasan menjadi sengketa administratif.

“Dengan pembatalan itu, otomatis pemecahan sertifikat untuk PLTU Rancong tidak bisa dilakukan sehingga terhambat. Proses itu akhirnya berlarut-larut, meskipun sudah dilakukan konsolidasi berkali-kali. Karena jenuh menunggu, investor akhirnya mundur,” ujar Jose.

Padahal, menurutnya, tanah yang diperuntukkan bagi kepentingan industri seharusnya tidak menjadi masalah, sehingga sengketa administratif yang terjadi telah menimbulkan ketakutan bagi investor. Hambatan ini mengakibatkan proyek yang berpotensi besar untuk mendukung pasokan listrik Aceh terhenti.

Jose juga menekankan potensi energi terbarukan yang besar di Aceh, khususnya geothermal. Ia menyatakan ketertarikannya untuk mengelola sumber energi ini sebagai alternatif yang berkelanjutan. Indonesia menempati peringkat ketiga dunia dalam potensi geothermal, dan Aceh merupakan salah satu wilayah yang memiliki peluang besar untuk memanfaatkannya.

“Saya tidak ingin mengulang cerita PLTU Rancong. Saya berharap pemerintah daerah mau benar-benar mengoptimalkan potensi energi di Aceh, sehingga Aceh tidak lagi mengalami peristiwa seperti sekarang. PLTU Rancong juga masih memungkinkan dilanjutkan kok, asal pemerintah mau,” ungkapnya.

Keberadaan PLTU Rancong tidak hanya krusial untuk pemenuhan kebutuhan listrik sehari-hari, tetapi juga memiliki potensi mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui Kawasan Industri Pasai. Infrastruktur energi yang stabil akan menarik investor, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung aktivitas industri di Aceh Utara.

Selain itu, kelanjutan proyek ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Aceh terhadap pasokan listrik dari wilayah lain, yang selama ini menyebabkan pemadaman di beberapa hari terakhir ketika terjadi gangguan distribusi. Pemanfaatan energi setempat melalui PLTU Rancong dan potensi geothermal menjadi strategi jangka panjang untuk memastikan ketahanan energi provinsi.

Jose Rizal menegaskan bahwa koordinasi yang lebih baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan investor menjadi kunci keberhasilan proyek. Semua pihak perlu menindaklanjuti izin, hibah tanah, dan mekanisme administrasi agar proyek PLTU Rancong dapat terealisasi tanpa hambatan serupa di masa lalu.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah, PLTU Rancong diyakini dapat segera rampung dan menjadi salah satu solusi listrik andalan di Aceh. Hal ini juga sejalan dengan upaya pemerintah memanfaatkan sumber energi domestik secara optimal, mengurangi impor listrik, dan memastikan energi berkelanjutan bagi masyarakat.

Secara keseluruhan, proyek PLTU Rancong memiliki potensi ganda: menyelesaikan permasalahan listrik jangka pendek sekaligus mendorong pembangunan ekonomi lokal melalui Kawasan Industri Pasai. Optimalisasi potensi geothermal juga membuka peluang baru dalam pengembangan energi terbarukan. Jose Rizal menekankan bahwa keberanian dan konsistensi pemerintah menjadi faktor penting agar Aceh tidak lagi mengalami krisis listrik dan mampu memanfaatkan sumber daya energinya secara maksimal.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga Batu Bara dan Mineral Naik Signifikan Oktober 2025

Harga Batu Bara dan Mineral Naik Signifikan Oktober 2025

Rekomendasi Rumah Murah Rp 160 Juta-an di Bandung Barat, Cek Sekarang

Rekomendasi Rumah Murah Rp 160 Juta-an di Bandung Barat, Cek Sekarang

SPHP Bulog Jadi Kunci Stabilitas Harga Beras Nasional

SPHP Bulog Jadi Kunci Stabilitas Harga Beras Nasional

ATR/BPN Siapkan Layanan Pertanahan Digital Penuh 2028

ATR/BPN Siapkan Layanan Pertanahan Digital Penuh 2028

Kesempatan Magang Jepang Dibuka, Gaji Bisa Tembus Rp 55 Juta

Kesempatan Magang Jepang Dibuka, Gaji Bisa Tembus Rp 55 Juta